Thursday, 20 February 2020

Aku, Kamu Pasti Bisa

          Aku gadis yang sangat sederhana yang lahir disebuah kota kecil yang sangat damai dan dikelilingi oleh perbukitan. Aku tumbuh dan berkembang dikotaku. Aku menjalani hari-hariku selama menempuh pendidikan dari SD-SMA tanpa adanya kata pacaran dalam kamus hidupku. Saat itu yang ada dalam fikiranku adalah aku ingin kuliah, aku ingin menjadi orang sukses. Menjadi orang hebat di Negriku setidaknya untuk kota ku yang tercinta ini. Aku selalu melihat orang susah disekelilingku termasuk orang tuaku yang banting tulang siang malam untuk membiayai kami empat beradik. Semenjak SMP aku udah bertekat “Aku harus bisa, aku harus menjadi orang sukses” bukan untuk diriku tapi untuk keluarga, agama, masyarakat dan negaraku. 

            Semenjak aku menduduki bangku SD tepatnya ketika aku kelas 4 SD mulai mengenali diriku, salah satunya mengenai hobi. Aku selalu bertanya pada diriku “apa hobiku?” ketika itu aku tidak menemukan apa hobiku. Aku beruntung mempunyai seorang paman yang hebat dan dengan sabar mengajariku bagaimana caranya untuk menulis sebuah karangan.
“Ya, hari ini ada Pr ngak?” tanya Pamanku, pamanku selalu saja menanyakan hal itu padaku, ketika aku mempunyai Pr Pamanku selalu membantuku untuk menyelesaikan tugas-tugasku. Pamanku belum bekerja karena masih frash graduate, sambil menunggu panggilan untuk bekerja Pamanku menjadi guru privatku dirumah.
“Ngak ada Paman, memangnya kenapa?” tanyaku dengan polosnya.
“Belajar nulis yuk?”  ajak pamanku.
“Menulis? Aku kan bisa nulis” jawabku dengan kesal, bagiku ketik tidak ada Pr itu artinya aku bebas untuk bermain bersama teman-temanku. Keluyuran sepanjang kampung entah itu ke sungai ataupun sekedar lari-larian di sepanjang jalan bersama teman-teman kecilku.
“Bukan seperti itu, maksudnya menulis sebuah karangan” Pamanku mencoba untuk menjelaskan dengan sabar. Yahhhh Pamanku sosok lelaki yang paling sabar bagiku setelah Ayahku.
“Hah, karangan?” tanyaku, aku belum paham dengan hal itu.
            Mulailah Pamanku dengan sabarnya mengajariku apa itu Puisi, Artikel, dan Cerpen. Pamanku mengajariku satu-satu dengan memberikan contoh tulisan itu. Saat itu yang paling menyenangkan bagiku adalah untuk Pertama kalinya aku melihat laptop. Diusiaku yang masih anak SD, bagiku laptop itu sesatu yang sangat wahhhh karena baru kali ini aku melihatnya. Pamanku juga mengajariku bagaimana cara menggunakan microsoft word, untuk pertama kalinya aku menoperasikan microsoft word.
            “Kok susah ya?” tanyaku, aku tidak punya ide apapun untuk menulis, saat itu kosa kataku untuk menulis tidak ada.
“Ngak ada yang susah jika kita mau berusaha dan terus mencobanya?” kata Pamanku.
            Satu minggu lamanya Pamanku memintaku untuk membaca, setiap pergi kepasar Paman selalu membelikanku majalah, ya majalah bobo menjadi majalah kesukaan ku. Tidak ada hari yang ku lewati tanpa membaca. Yahhh, membaca menjadi salah satu hobiku. Dari membaca berbagai macam buku akhirnya aku mampu untuk menulis, salah satunya adalah cerpen. Aku mencoba untuk menulis hal-hal yang berkaitan dengan keseharianku.
            Setelah dirasa mampu untuk menulis Pamanku melanjutkannya dengan Puisi. Disinilah titik awalnya aku sangat menyukai puisi. Tidak pernah terlintas didalam kepalaku pada awalnya aku mampu untuk menulis puisi.
“Paman, kenapa kita harus menulis?” tanyaku, karena Pamanku ingin sekali aku untuk menulis.
“Karena melalui menulis kita mampu untuk menyentuh hati orang lain yang tengah membacanya”
Jelas pamanku.
“Kenapa begitu?” tanyaku ingin tahu lebih jauh lagi
“Karena saat kita membaca orang kita memakai perasaan tidak hanya pikiran” jelas Pamanku. Aku hanya mengangguk angguk kan kepalaku yang menandakan aku paham. Lalu pamanku melanjutkan kembali kata-katanya “Suatu hari nanti ilmu ini akan sangat berguna untuk mu, semua orang bisa membaca tetapi tidak semua orang mampu untuk menulis.”
            Aku mulai menekuni hobi baruku ini membaca dan menulis, hingga hari-hari yang banyak ku habiskan dengan membaca, namun tanpa meninggalkan teman-teman bermainku. Hingga SMA aku dikenal sebagai penulis cerpen dan puisi yang bertebaran dikoran-koran lokal. Hingga suatu hari guru bahasa indonesiaku mencariku untuk ikut lomba.
“Rin, ada lomba dibidang Baca dan Menulis puisi, ini sangat cocok untukmu” kata guru bahasaku.
“Tapi aku tidak yakin” jawabku, karena masih banyak yang lebih hebat dariku saat itu, ia adalah seniorku kak Loli yang sangat ku kagumi tulisannya melalui akun Media Sosialnya. Semenjak itu aku mencoba untuk memfollow jejak beliau.
“Ibuk yakin kamu bisa, dicoba dulu ya?” akhirnya aku meng-iyakan saja
            Tibalah dimana hari aku harus pergi untuk lomba, itu pengalaman pertamaku naik Bus SMA. Aku gugup sekali, kukira aku hanya menulis puisi saja seperti tema yang diminta semua diluar dugaan semua peserta harus membacakan puisi yang telah mereka tulis. Aku sangat malu saat itu, aku hanya bisa bermain dibelakang layar bukan didepan layar. Aku menahan maluku didepan semua peserta dengan bismillah ku yakinkan hatiku. Aku pasti bisa, aku mencobanya darimana aku tahu kalau aku tidak bisa tanpa harus mencobanya terlebih dahulu? Sebisa mungkin aku menampilkan yang terbaik dari diriku aku melakukannya sesuai dengan kemampuanku. Dan akhirnya... aku kalah.
“Gak apa-apa ini pengalaman pertamamu, dari sebuah kegagalan kita bisa belajar. Kakk yakin kamu bisa, asalkan kamu mau untuk berlatih dan berusaha” begitulah kak Loli menasehatiku.
            Aku selalu melatih diriku dengan menulis di Facebook, Blogg hingga kini aku bisa membawakannya didepan layar. Kecintaanku terhadap sastra sangat tinggi, hingga aku sangat ingin orang yang disekelilingku juga bisa untuk menulis karena “jika kau bukan anak raja maka jadilah penulis agar dikenal dunia.”

No comments:

Post a Comment